Kamis, 20 Juni 2013 - 08:41:51 WIB
Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa
Diposting oleh : admineciputra - Dibaca: 1107 kali
Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa
Diposting oleh : admineciputra - Dibaca: 1107 kali
Sampah dapur di tangan Rr. Sulistyawati dapat menjadi bunga pajangan yang indah. Tak hanya dari kulit bawang merah dan bawang putih saja, ia juga membuat bunga dari putung rokok dan kulit buah. Karya seni nya dari limbah rumah tangga tersebut sampai ke Belanda dan Swiss.
Sulistyawati tidak pernah menyangka, hobinya bakal menghasilkan duit yang berlimpah. Sampah dapur yang bertumpuk di rumahnya, seperti kulit bawang putih dan bawang merah, melahirkan ide untuk dirangkai menjadi bunga.
Ia sendiri sampai berdecak kagum dengan hasil karyanya itu. Sehingga, ibu rumah tangga ini mulai menekuni seni merangkai bunga dari limbah dapur yang diciptakan secara tidak sengaja.
Setiap hari, Sulistyawati mengambil sampah dapur dari tetangganya termasuk pengusaha katering makanan di dekat rumahnya. Kegiatannya itu mendapat apresiasi dari tetangga, bahkan seringkali mereka mengantarkan langsung sampah dapurnya ke Sulistyawati. Sampah-sampah tersebut kemudian ia sortir untuk mendapatkan kulit bawang merah dan bawang putih yang masih bagus.
Sulistyawati membutuhkan pasokan kulit bawang yang banyak. Sebab, satu kantong kresek besar kulit bawang hanya dapat menghasilkan 2 karya saja. Tapi, sebelum dirangkai, ia mencuci dan rendamnya dengan air kapur barus selama tiga hari supaya kulit bawang tidak terkena jamur. Setelah itu, "Dijemur di bawah sinar matahari,” kata Sulistyawati yang saat ini berumur 63 tahun.
Setelah kering, kulit bawang dipotong-potong dan dirangkai menjadi bentuk bunga. Kulit bawang saling direkatkan menggunakan lem tanpa pola tertentu. Sulistyawati hanya mengandalkan imajinasi di kepalanya. “Merangkai kulit bawang sama seperti melukis. Harus pakai hati," tuturnya kalem.
Karena pengerjaannya cukup memakan waktu, Sulistyawati tidak bisa memproduk si banyak karya. Sebuah karya bunga mawar atau anggrek dari kulit bawang dapat selesai dalam waktu seminggu. Bahkan kadang hingga dua minggu. Namun, bila suasana hatinya sedang gembira, ia dapat mengerjakan tiga karya dalam seminggu.
Seluruh hasil karyanya dimasukkan dalam kaca berpigura. Sebuah galeri kecil di Jalan Teluk Etna VI No 75 Malang, Jawa Timur menjadi tempat dia memajang seluruh hasil karyanya tersebut.
Karya-karya itu ia jual dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 700.000, tergantung kerumitan karya. Ukuran pajangan bunga bervariasi, terkecil 30x30 centimeter dan terbesar 1x1 meter.
Tiap bulan, Sulistyawati bisa melego dua sampai tiga bunga pajangan. Dengan penjualan minimal satu pajangan saja, ia setidaknya mampu memperoleh penghasilan minimal Rp 350.000.
Karyanya semakin tersohor setelah dia mengadakan pameran tunggal pertama kali pada tahun 2003. Dari pameran itu, karya-karyanya dikenal masyarakat dan tersebar dari mulut ke mulut. "Banyak karya saya dijual sampai ke Bali dan Batam. Dari Bali kemudian dibawa ke Belanda," katanya.
Order pun mengalir deras. Ia pernah mendapat pesanan 12 pajangan dengan model sama. Namun, pesanan dari turis Jepang itu terpaksa ditolak lantaran harus kelar dalam waktu terlalu singkat.
Tak hanya membuat karya dari sampah dapur, Sulistyawati juga menghasilkan bunga dari puntung rokok, biji-bijian, dan kulit buah. Contohnya, kulit bengkuang, kacang, biji bunga matahari, biji cabe, biji kurma, dan sisa serutan kayu. "Ada 32 jenis bahan yang saya pakai, termasuk kulit salak dan biji kacang hijau," ujarnya.
Untuk mendapat bahan baku putung rokok, ia mengajak kerjasama perusahaan rokok Sampoerna. Saat ini, hasil karya bunga pajangan dari puntung rokok sudah sampai ke Swiss.
Tapi, Sulityawati mengaku sangat membutuhkan dukungan pemerintah untuk permodalan dan pemasaran. "Saya ingin membangun tempat pelatihan . Banyak orang yang berminat pada kerajinan ini," katanya. (*as/Kontan)
Sulistyawati tidak pernah menyangka, hobinya bakal menghasilkan duit yang berlimpah. Sampah dapur yang bertumpuk di rumahnya, seperti kulit bawang putih dan bawang merah, melahirkan ide untuk dirangkai menjadi bunga.
Ia sendiri sampai berdecak kagum dengan hasil karyanya itu. Sehingga, ibu rumah tangga ini mulai menekuni seni merangkai bunga dari limbah dapur yang diciptakan secara tidak sengaja.
Setiap hari, Sulistyawati mengambil sampah dapur dari tetangganya termasuk pengusaha katering makanan di dekat rumahnya. Kegiatannya itu mendapat apresiasi dari tetangga, bahkan seringkali mereka mengantarkan langsung sampah dapurnya ke Sulistyawati. Sampah-sampah tersebut kemudian ia sortir untuk mendapatkan kulit bawang merah dan bawang putih yang masih bagus.
Sulistyawati membutuhkan pasokan kulit bawang yang banyak. Sebab, satu kantong kresek besar kulit bawang hanya dapat menghasilkan 2 karya saja. Tapi, sebelum dirangkai, ia mencuci dan rendamnya dengan air kapur barus selama tiga hari supaya kulit bawang tidak terkena jamur. Setelah itu, "Dijemur di bawah sinar matahari,” kata Sulistyawati yang saat ini berumur 63 tahun.
Setelah kering, kulit bawang dipotong-potong dan dirangkai menjadi bentuk bunga. Kulit bawang saling direkatkan menggunakan lem tanpa pola tertentu. Sulistyawati hanya mengandalkan imajinasi di kepalanya. “Merangkai kulit bawang sama seperti melukis. Harus pakai hati," tuturnya kalem.
Karena pengerjaannya cukup memakan waktu, Sulistyawati tidak bisa memproduk si banyak karya. Sebuah karya bunga mawar atau anggrek dari kulit bawang dapat selesai dalam waktu seminggu. Bahkan kadang hingga dua minggu. Namun, bila suasana hatinya sedang gembira, ia dapat mengerjakan tiga karya dalam seminggu.
Seluruh hasil karyanya dimasukkan dalam kaca berpigura. Sebuah galeri kecil di Jalan Teluk Etna VI No 75 Malang, Jawa Timur menjadi tempat dia memajang seluruh hasil karyanya tersebut.
Karya-karya itu ia jual dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 700.000, tergantung kerumitan karya. Ukuran pajangan bunga bervariasi, terkecil 30x30 centimeter dan terbesar 1x1 meter.
Tiap bulan, Sulistyawati bisa melego dua sampai tiga bunga pajangan. Dengan penjualan minimal satu pajangan saja, ia setidaknya mampu memperoleh penghasilan minimal Rp 350.000.
Karyanya semakin tersohor setelah dia mengadakan pameran tunggal pertama kali pada tahun 2003. Dari pameran itu, karya-karyanya dikenal masyarakat dan tersebar dari mulut ke mulut. "Banyak karya saya dijual sampai ke Bali dan Batam. Dari Bali kemudian dibawa ke Belanda," katanya.
Order pun mengalir deras. Ia pernah mendapat pesanan 12 pajangan dengan model sama. Namun, pesanan dari turis Jepang itu terpaksa ditolak lantaran harus kelar dalam waktu terlalu singkat.
Tak hanya membuat karya dari sampah dapur, Sulistyawati juga menghasilkan bunga dari puntung rokok, biji-bijian, dan kulit buah. Contohnya, kulit bengkuang, kacang, biji bunga matahari, biji cabe, biji kurma, dan sisa serutan kayu. "Ada 32 jenis bahan yang saya pakai, termasuk kulit salak dan biji kacang hijau," ujarnya.
Untuk mendapat bahan baku putung rokok, ia mengajak kerjasama perusahaan rokok Sampoerna. Saat ini, hasil karya bunga pajangan dari puntung rokok sudah sampai ke Swiss.
Tapi, Sulityawati mengaku sangat membutuhkan dukungan pemerintah untuk permodalan dan pemasaran. "Saya ingin membangun tempat pelatihan . Banyak orang yang berminat pada kerajinan ini," katanya. (*as/Kontan)
'Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa ':
Artikel Bisnis Lainnya
- Bata, Sepatu dari Ceko Bisnis Sepatu Bata bisa dibilang sebagai merek sepatu paling populer di Indonesia. Begitu kuatnya merek itu melekat di benak orang, bahkan ada yang menganggapnya asli Indonesia. Apalagi pabrik pertama sepatu ini berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan. Banyak yang ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Ilya Zhitomirskiy: 'Mark Zuckerberg" Berikutnya yang Akhiri Hidup secara Tragis Ilya Zhitomirskiy (12 Oktober 1989 - 12 November 2011) adalah seorang pengembang perangkat lunak Rusia-Amerika dan entrepreneur. Zhitomirskiy adalah salah satu pendiri dan pengembang jaringan sosial Diaspora dan perangkat lunak ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- 8 Terobosan Ilmiah dari Sinema yang Menjadi Nyata Banyak kita jumpai hal-hal mustahil yang ditampilkan di karya-karya seni, terutama film dengan genre fiksi ilmiah. Lihat saja alat-alat yang digunakan James Bond, atau penggambaran kehidupan antargalaksi di film epik Star Wars . Atau jika kita suka film dengan ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Cara Sederhana Meningkatkan Omzet Bisnis Tips Wirausaha Dari beberapa observasi serta analisa strategi bagi para pelaku usaha kecil menengah (UKM), berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan pemilik bisnis/pelaku UKM untuk meningkatkan omzet bisnis: 1. Target market potensial Untuk meningkatkan ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Tim Berners-Lee, Pelopor Jaringan Internet Berbeda dengan pelopor komputer pribadi seperti Bill Gates, Steve Wozniak, dan mendiang Steve Jobs, para pelopor jaringan internet relatif kurang banyak dikenal. Padahal internet tidak kalah dengan komputer pribadi dalam mengubah hidup manusia modern. Dewasa ini ponsel pintar mulai ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
Jual Beli Online
Rating:
100%
based on 99998 ratings.
5 user reviews.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa . Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : Aneka Artikel Indonesia Terbaru
Artikel Menarik Lainnya :
Ditulis oleh:
Admin - Rabu, 16 Oktober 2013
Belum ada komentar untuk " Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa "
Posting Komentar