Kamis, 20 Juni 2013 - 08:47:55 WIB
Emily Sutanto, Sang Pengekspor Beras Organik
Diposting oleh : admineciputra - Dibaca: 1166 kali
Emily Sutanto, Sang Pengekspor Beras Organik
Diposting oleh : admineciputra - Dibaca: 1166 kali
Tak ada yang mengira kalau dara ini salah satu sosok penting di balik suksesnya Indonesia mengekspor beras organik untuk pertama kali. Dia akrab dengan petani. Ia bersentuhan langsung dengan mereka. Dia juga bukan tipikal pengusaha yang gemar menekan petani kecil. ”Aku mau petaniku menjadi yang paling maju, paling sejahtera hidupnya, dengan menjadikan mereka sebagai pengusaha kecil,” kata Emily Sutanto, pendiri sekaligus Direktur Utama PT Bloom Agro, di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dengan bendera PT Bloom Agro yang ia dirikan setahun lalu, Emily mengekspor beras organik bersertifikat ke Amerika Serikat. Tahap awal pengiriman sebanyak 18 ton. Pengapalan ekspor beras organik perdana ini dilakukan pada akhir Agustus tahun lalu melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Seperti dikutip dari Harian Kompas, Beras organik yang diekspor tak sembarang organik, tapi organik bersertifikat. Kata ”bersertifikat” sekadar membedakan produk beras organik ini dengan beras ”organik” yang ada di pasaran, tetapi sesungguhnya tak mengikuti standar produksi beras organik.
Sertifikat beras organik dikeluarkan Institute for Marketecology, lembaga sertifikasi organik internasional, berbasis di Swiss, yang terakreditasi mendunia. Logo sertifikat yang dikeluarkan pun tak tanggung-tanggung, langsung untuk tiga negara, yakni AS dengan US Department of Agricultural National Organic Program, Uni Eropa, dan Jepang dengan Japanese Agricultural Standard.
Dengan kata lain, beras organik itu sudah mendapatkan ”paspor” untuk masuk ke negara-negara yang paling ketat memberlakukan sistem keamanan pangannya di dunia. Beras organik ini diproduksi oleh para petani kecil di tujuh kecamatan di Tasikmalaya, Jabar. Mata rantai dalam sistem perdagangan pun mengadopsi prinsip fair trade, yang oleh Menteri Pertanian kala itu, Anton Apriyantono disebut-sebut sebagai yang pertama dilakukan oleh pengusaha beras ekspor Indonesia.
Dengan mengadopsi prinsip fair trade atau sistem perdagangan berkeadilan, tujuan menyejahterakan petani bukan lagi omong kosong. Bila suatu kali kedapatan petani organik mengalami tekanan harga, pemutusan kontrak kerja sama ekspor terjadi.
Oleh karena alasan fair trade dan kemanusiaan itulah, Emily tak akan mau menekan harga beli beras. Usaha penggilingan padi yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani yang dikelola Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik bantuan Departemen Pertanian ini dibiarkan tumbuh bersama.
Dia tak harus membeli beras dari petani, tetapi cukup melalui Gapoktan Simpatik agar petani mendapat nilai tambah. Gabah organik setelah diproses di penggilingan milik petani menjadi beras dibeli Emily dengan harga Rp 8.000 per kilogram.
Dengan harga beli yang tinggi, Gapoktan membeli gabah kering pungut dari petani anggotanya dengan harga Rp 3.500 per kilogram atau lebih tinggi Rp 1.500 dibandingkan gabah nonorganik. Pada tahap ini jalur perdagang an semakin pendek dan tidak ada celah bagi tengkulak.
Semakin mantap lagi posisi petani ketika model penanaman padi dengan sistem intensif membuat ada petani yang mampu meningkatkan produktivitas padinya hingga menghasilkan 10 ton gabah kering panen.
Dengan produktivitas setinggi itu, pendapatan kotor petani dalam satu musim tanam (empat bulan) bisa sekitar Rp 35 juta. Apabila dalam setahun padi bisa ditanam tiga kali, pendapatan kotor petani dengan lahan 1 hektar dapat menembus Rp 105 juta.
Mulai dari nol
Kisah perjumpaan Emily dengan beras organik terjadi secara tidak sengaja. Peraih gelar master bidang Manajemen Internasional dan Mass Communication dari Pepperdine University, Los Angeles, California, dan Bond University, Australia, ini pada awal 2008 ditawari Solihin GP, yang dia sebut sahabat keluarganya.
”Bapak Solihin GP waktu itu mengatakan, ’Mau enggak kamu bantu petani? Mereka (petani) mau ekspor beras organik, tetapi pemerintah belum bisa berbuat apa-apa’,” kata Emily mengutip permintaan mantan Gubernur Jabar itu.
Kala itu Emily masih ragu. Dia sangsi, apa benar ada beras yang benar-benar organik di Indonesia. Karena gamang, ia lalu pergi ke Tasikmalaya, dan melihat langsung proses produksi beras organik.
Emily terpana. Mengapa selama ini konsumen beras organik dunia hanya tahu beras organik Thailand saja? Padahal, di Indonesia beras organiknya jauh lebih bagus. Produk beras organik yang dihasilkan begitu orisinal. Secara fisik, beras organik itu lebih empuk dan berat, pertanda banyak kandungan serat dan vitamin.
Proses produksinya juga penuh cinta karena dilakukan secara tradisional. Makin terpikat lagi Emily ketika tahu semangat petani yang berapi-api untuk mengekspor beras organik itu. Namun, mereka tak tahu bagaimana caranya. ”Kalau beras organik dari petani bisa diekspor, ini bisa memacu semangat petani untuk lebih maju,” katanya.
Langkah selanjutnya giliran sertifikasi. Emily menjalani proses ini sampai tiga bulan. Dia memerlukan sertifikasi itu, dengan pertimbangan agar ke depan produksi beras organik bisa berkelanjutan. Di sini perlu diterapkan sistem pengawasan yang dilakukan internal dalam kelompok antarpetani. Dalam hal ini kejujuran petani benar-benar diuji.
Setelah produknya beres, mulailah ia melirik pasar ekspor. Kebetulan dari Cornell University, AS, juga sedang menggarap produk pertanian organik . Jadilah dia dipertemukan dengan calon pembeli, Lotus Foods, yang sangat mendukung program pelestarian lingkungan.
'Emily Sutanto, Sang Pengekspor Beras Organik ':
Artikel Bisnis Lainnya
- Tips Melebarkan Bisnis ke Luar Negeri Tips Wirausaha Perkembangan ekonomi di dunia tak terbendung lagi. Negara-negara berkembang, seperti Indonesia tak absen untuk ambil bagian. Ekspor besar-besaran ke negara lain semakin ramai. Padahal, biaya ekspor dan waktu pengiriman bisa menjadi kendala tersendiri bagi ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Roby Tjahyadi Berbisnis dengan Pendekatan Alam Karakter yang nyentrik dan dekat dengan alam mendorong Roby Tjahyadi alias Bob Doang memilih bisnis resor berkonsep back to nature. Resornya kini tersebar di Bandung dan yang terbaru di Ubud, Bali. Kali ini dia memadukan konsep resor di tengah sawah dengan desa seniman yang bakal ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Berbahan Sampah Dapur, Karya Sulistyawati Rambah Eropa Bisnis Kerajinan Tangan Sampah dapur di tangan Rr. Sulistyawati dapat menjadi bunga pajangan yang indah. Tak hanya dari kulit bawang merah dan bawang putih saja, ia juga membuat bunga dari putung rokok dan kulit buah. Karya seni nya dari limbah rumah tangga tersebut ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Bata, Sepatu dari Ceko Bisnis Sepatu Bata bisa dibilang sebagai merek sepatu paling populer di Indonesia. Begitu kuatnya merek itu melekat di benak orang, bahkan ada yang menganggapnya asli Indonesia. Apalagi pabrik pertama sepatu ini berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan. Banyak yang ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
- Ilya Zhitomirskiy: 'Mark Zuckerberg" Berikutnya yang Akhiri Hidup secara Tragis Ilya Zhitomirskiy (12 Oktober 1989 - 12 November 2011) adalah seorang pengembang perangkat lunak Rusia-Amerika dan entrepreneur. Zhitomirskiy adalah salah satu pendiri dan pengembang jaringan sosial Diaspora dan perangkat lunak ... Artikel Bisnis - Jual Beli Online - Toko Online - Iklan Gratis
Jual Beli Online
Rating:
100%
based on 99998 ratings.
5 user reviews.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Emily Sutanto, Sang Pengekspor Beras Organik . Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : Aneka Artikel Indonesia Terbaru
Artikel Menarik Lainnya :
Ditulis oleh:
Admin - Rabu, 16 Oktober 2013
Belum ada komentar untuk " Emily Sutanto, Sang Pengekspor Beras Organik "
Posting Komentar